Home » » SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) AFASIA

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) AFASIA



KATA PENGANTAR


Assalamualikum wr.wb
            Puji syukur kehadirat Allah SWT  yang telah memberikan dan melimpahkan nikmat serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan Satuan Acara Penyuluhan mata kuliah Pendidikan Kesehatan tentang Afasia.
Terselesaikannya tugas SAP ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan kali ini penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada :
  1. Drs. Sugianto Amd.kep.M.kes selaku dosen pengampu Pendidikan kesehatan.
  2. Teman-teman yang telah memberikan dukungan, dorongan dan semangat sehinga SAP ini bisa terselesaikan pada waktunya.
  3. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan SAP ini.
Penyusun sangat menyadari bahwa SAP ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna menyempurnakan tugas SAP ini. Penyusun berharap semoga tugas SAP ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Amien
 

Yogyakarta, 19 November 2010


Penyusun



SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
  1. IDENTIFIKASI MASALAH
Bahasa merupakan alat untuk menginterpretasikan dan mengekspresikan pikiran, perasaan, dan kemauan dari seseorang kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahasa merupakan kemampuan bahasa, pada umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif (mendengar dan memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara).
Afasia adalah hilangnya kemampuan penggunaan bahasa karena cedera pada area bahasa di otak. Kelainan ini tidak termasuk kelainan karena defisit fungsi-fungsi sensorik, intelektual, atau psikiatrik, juga bukan kelemahan otot. Bagian otak yang rusak ini adalah lobus temporalis sebelah kiri dan lobus frontalis di sebelahnya. Kedua area ini mengatur penggunaan bahasa seseorang. Kerusakan pada area-area tersebut dapat terjadi karena cedera kepala, tumor, stroke, atau infeksi. Area bahasa ini mengatur penggunaan bahasa secara umum, seperti:
1.      Berbicara
2.      Menyimak
3.      Menulis
4.      Membaca
Kejadian paling sering pada afasia adalah karena kerusakan/lesi pada pusat bahasa di otak, seperti area Broca. Area ini terletak pada hemisfer kiri atau bagian otak kiri. Namun ada pula orang yang mengalami gangguan pada bagian otak kanan, walaupun jarang sekali ditemukan.
Prognosis dari afasia sangat beragam, tergantung pada usia pasien, lokasi dan luas lesi/kerusakan, dan jenis afasia. Tentunya semakin sempit luas lesinya, prognosisnya akan semakin baik. Untuk membantu menentukan prognosis, diperlukan metode diagnosa yang baik, yaitu dapat dilakukan dengan screening.

  1. PENGANTAR
Bidang Studi               :Pendidikan kesehatan pada penyakit dalam bagian syaraf.
Topik                           : Afasia
Sub topic                     : Afasia pada penderita
Sasaran                        : Warga Desa Wirobrajan
Hari/ tanggal                : Selasa, 02 November 2010
Jam                              : 09.00 WIB
Waktu                          : 20 menit
Tempat                        : di Kelurahan Wirobrajan
 III.            TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat menambah wawasan dan mengenali tanda afasia. Selain itu diharapkan warga tahu dan mampu bagaimana berkomunikasi pada penderita afasia.
 IV.            TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
            Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan setiap anggota masyarakat dapat menjelaskan kembali:
·         Pengertian afasia
·         Klasifikasi berdasarkan usia afasia
·         Penyebab afasia
·         Bagaimana afasia terjadi/patofisiologi
·         Beberapa tanda dan gejala afasia
·         Penatalaksanaan afasia

    V.            MATERI
1.      Pengertian Afasia
                 Afasia adalah gangguan kemampuan berbahasa, yaitu  hilangnya kemampuan untuk menggunakan bahasa karena terjadinya cedera pada area bahasa di otak.                     
Setiap orang menggunakan bahasa. Berbicara, memperoleh kata-kata yang tepat, memahami sesuatu, membaca, menulis, melakukan isyarat adalah merupakan bagian dari penggunaan bahasa. Ketika satu atau lebih dari penggunaan bahasa tidak lagi berfungsi dengan baik (yang dikarenakan oleh cedera otak), maka kondisi tersebut dinamakan afasia. Afasia  A (= tidak) fasia (= bicara), berarti seseorang tidak dapat lagi mengungkapkan apa yang dia mau. Dia tidak bisa lagi menggunakan bahasa. Selain afasia, dapat terjadi kelumpuhan dan atau masalah-masalah sehubungan dengan :
-          Kemampuan melakukan sesuatu secara sadar.
-          Kemampuan mengamati situasi di sekelilingnya.
-          Konsentrasi, pengambilan inisiatif, dan kemampuan mengingat.
Penderita tidak dapat melakukan dua hal pada waktu yang bersamaaan.
                 Beberapa definisi afasia sebagai berikut :
-          Elizabeth J. Corwin, afasia adalah kehilangan total pemahaman atau pembentukan bahasa. 
-          Tikofsky, afasia merupakan suatu manifestasi dari cedera otak dalam komunikasi, yang ditandai dengan adanya gangguan dalam kemampuan berbahasa.
-          Kenneth scott Wood (1971), afasia diartikan sebagai suatu kehilangan kemampuan fungsi simbolisasi dan ekspresi akibat adanya lesi pada otak yang terjadi karena penyakit, trauma, atau kelainan/penyimpangan dalam perkembangannya
-          Mildred Fredburg Berry dan Jon Eisenson (1973), afasia sebagai suatu istilah umum,yang menunjukkan adanya kerusakan pada pusat di otak yang mengakibatkan terganggunya aspek linguistik atau bahasa. Gangguan ini meliputi pengertian terhadap kata-kata, simbolisasi atau coding, dan penggunaan bahasa yang meliputi bicara, menulis, dan membaca.
-          Sidiarto Kusumoputro (1977), afasia didefinisikan sebagai kehiangan kemampuan untuk membentuk, mengungkapkan, atau mengerti suatu pembicaraan. Dengan kata lain afasia adalah kehilangan kemampuan untuk berbahasa aktif dan pasif.
-          Bambang Setyono (1982), afasia adalah gangguan fungsi bahasa pasif dan atau aktif yang terjadi akibat adanya trauma atau kerusakan di pusat bahasa otak. Gangguan funsi bahasa ini ditandai dengan kehilangan seluruh atau sebagian dari pembentukan konsep, pengertian, proses simbolisasi (coding), serta aspek linguistik lain di lingkungannya. Gangguan tersebut tidak termasuk yang diakibatkan oleh adanya gangguan saraf perifer, kelainan sensoris primer, kelainan fungsi mental, atau masalah psikiatri yang lain.
Afasia adalah suatu keadaan pada pasien sehingga ia tidak mampu berbicara. Afasia Broca menjadikan pasien tak mampu membentuk kalimat kompleks dengan tata bahasa yang benar. Pasien sendiri masih memiliki kemampuan pemahaman bahasa yang baik, walaupun ada beberapa kasus di mana kemampuan pemahaman bahasa pasien ikut menurun.
Berikut adalah contoh pasien dengan afasia Broca. Ia bermaksud menjelaskan bagaimana ia datang ke rumah sakit untuk menjalani bedah gigi.
"Ya... ah... Senin... ng... Ayah dan Peter H... (namanya), dan Ayah.... ng... rumah sakit... dan... ah... Rabu... Rabu, jam sembilan... dan oh... Kamis... jam sepuluh, ah dokter... dua... dan dokter... dan ng... gigi... yah."
2.      Klasifikasi Berdasarkan Usia afasia
Berdasarkan usia afasia dapat dibedakan menjadi :
-          Afasia anak
Disebut afasia anak bila kelainan tersebut terjadi pada masa perkembangan baik karena kelainan kongenital maupun kelainan yang didapat.
-          Afasia dewasa
Disebut dengan afasia dewasa bila kelainan terjadi pada tahap akhir perkembangan bahasa atau penyebab terjadi setelah perkembangan dan mampu mempergunakan kaidah linguistik.
Berikut beberapa klasifikasi afasia, ada banyak sekali jenis afasia, namun yang disebutkan berikut merupakan jenis afasia yang sering ditemukan , yaitu:
1.    Afasia Broca (tidak dapat berbicara lancar); disebut juga afasia ekspresif
Orang dengan afasia Broca cenderung berbicara pendek-pendek dan penuh arti karena ia sulit memproduksi kata-kata atau kalimat. Afasia Broca cenderung berkaitan dengan hemiparesis kiri.
2.    Afasia Wernicke (tidak dapat menyimak)
Penderita afasia Wernicke hampir merupakan kebalikan dari afasia Broca. Bila afasia Broca dikategorikan sebagai non-fluent aphasia, maka afasia Wernicke merupakan fluent aphasia. Orang dengan afasia jenis ini justru dapat berbicara dengan lancar, dengan kalimat-kalimat yang panjang, namun yang dibicarakan tersebut tidak mempunyai arti atau menggunakan kata-kata yang tidak diperlukan. Mereka bahkan bisa membuat kata-kata baru (neologisme).
3.    Afasia anomik (tidak dapat menyebut nama benda)
Individu dengan afasia ini memiliki kesulitan dengan penamaan. Pasien sulit menyebutkan nama kata-kata tertentu, termasuk kesulitan menyebutkan jenis kata dari kata tersebut (kata benda, sifat, dan lain-lain).
4.    Afasia konduksi (tidak dapat mengulang kalimat)
Pasien dengan afasia konduksi mengalami kerusakan pada fasciculus arcuata, bagian dari otak yang menghubungkan informasi antara area Wernicke dan area Broca. Kemampuan pengulangan kata atau kalimatnya sangat buruk.
5.    Afasia global (gabungan dari keseluruh jenis afasia)
3.       Penyebab Afasia
     Afasia biasanya disebabkan oleh kerusakan pada pusat bahasa otak. Bagian otak yang rusak ini adalah lobus temporalis sebelah kiri dan lobus frontalis di sebelahnya. Kedua area ini mengatur penggunaan bahasa seseorang. Kerusakan pada area-area tersebut dapat terjadi karena :
a.       cedera otak, pendarahan otak
b.      tumor,
c.       stroke,
d.      infeksi
                  Berikut merupakan pusat bahasa otak :
-          Area Broca adalah bagian dari otak manusia yang terletak di gyrus frontalis superior pada lobus frontalis korteks otak besar. Area ini berperan pada proses bahasa, serta kemampuan dan pemahaman berbicara.
-          Area Wernicke terletak berdampingan dengan area Broca. Keduanya ditemukan hanya pada salah satu belahan otak saja, umumnya pada bagian kiri, karena populasi manusia kebanyakan "dominan kiri".
a.      Cedera otak
           Afasia disebabkan oleh cedera otak. Penyebab cedera otak umumnya disebabkan oleh kelainan pada pembuluh darah. Kelainan tersebut juga dinamakan pendarahan otak, gangguan pembuluh darah otak, atau geger otak. Istilah medisnya adalah CVA Cerebro (= otak ) Vasculair (= pembuluh darah) Accident (= kecelakaan). Penyebab lain terjadinya afasia adalah trauma (cedera pada otak karena kecelakaan, misalnya kecelakaan lalu lintas, jatuk di kamar mandi) yang menyebabkan cedera pada otak.     
b.      Tumor
           Tumor otak dimana tumor ini terletak pada otak baik benigna maupun maligna. Jika tumor ini berada di otak, maka akan mengganggu fungsi dari sistem syaraf di otak.
           Sistem syaraf merupakan sistem koordinasi atau sistem kontrol yang bertugas menerima rangsang, menghantarkan rangsang ke seluruh tubuh dan memberikan respon terhadap rangsangan tersebut.
c.       Stroke
           Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan suplai darah kebagian otak.
           Stroke adalah gangguan perfusi otak yang diakibatkan oklusi (sumbatan), embolisme serta pendarahan, patologi dalam otak itu sendiri bukan karrena faktor luar) yang mengakibatkan gangguan permanen atau sementara.
           Pada saat gangguan, umumnya ada penyakit lain yang mendahului terutama penyakit kardiovaskuler (jantung, hipertensi), ganguan otak (degeneratif, atritis, penyakit pembuluh darah tepi, paru-paru menahun, kanker, DM yang tak terkendali, dan trauma kepala.
           Akibatnya adalah gangguan suplai darah ke otak, menyebabkan kehilangan gerak, pikiran, memori, bicara atau sensasi baik sementara maupun permanen.
d.      Infeksi
           Infeksi ini terjadi karena masuknya mikroorganisme ke dalam jaringan otak. Mikroorganisme tersebut dapat berupa bakteri, virus maupun jamur. Bila infeksi tadi menyerang sistem susunan syaraf akan menimbulkan gangguan. Terjadinya infeksi tersebut ditandai dengan timbulnya rasa sakit, kenaikan suhu badan, edema dan gangguan fungsi. Infeksi ini dapat dibedakan atas
-          Meningitis, terjadinya infeksi pada meningen ini dapat terjadi karena fraktur kranii, penyebaran secara hematogen (septikemia atau infeksi fokal) ataupun perkontiunitatum ( sinusitis, mastoiditis, otitis media akut.
-          Enseffalitis, merupakan infeksi jaringan otak yang umumnya disebabkan oleh virus neuropatik, pantropik, visotropik.
-          Abses Serebri ini terjadi karena adanya penggumpalan nanah yang terjadi akibat adanya infeksi. Gumpalan nanah ini akan meningkatkan tekanan intrakranial.
     Berikut beberapa penyebab yang mengakibatkan afasia pada anak :
a.     Lingkungan sosial dan emosional anak
Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan perkembangan bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak, termasuk lingkungan keluarga.


b. Sistem masukan / input.
Gangguan pada sistem pendengaran, penglihatan, dan defisit taktil­kinestetik dapat menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak.
c. Sistem pusat bicara dan bahasa
Kelainan pada susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman, interpretasi, formulasi, dan perencanaan   bahasa,   juga   aktivitas   dan kemampuan   intelektual   dari   anak.
d. Sistem produksi
Sistem produksi suara meliputi laring, faring, hidung, struktur mulut dan mekanisme neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas untuk berbicara, bunyi laring, pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran udara lewat laring, faring dan rongga mulut.

4.      Patofisiologi Afasia
GEJALA
KELAINAN BAHASA & BICARA
 
                   
                                   
GEJALA MEDIS
GEJALA NON-MEDIS
DIAGNOSA
 

                                                      ETIOLOGI

PENYEBAB
KONDISI
PENYAKIT
PENYEBAB
 



 S

Gambar 1.1 Skema kronologis terjadinya gangguan bahasa dan bicara secara umum.


Seseorang mengalami pendarahan otak jika aliran darah di otak tiba-tiba mengalami gangguan. Hal ini dapat terjadi melalui dua cara, yaitu :
-         
Terjadi penyumbatan pada pembuluh darah
-         
Kebocoran pada pembuluh darah.




Penyumbatan :
Disebabkan oleh penebalan dinding pembuluh darah (trombosis) atau penggumpalan darah (emboli) yang mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah. Dalam hal ini terjadi serangan otak.



Kebocoran :
Di pembuluh darah terdapat bagian yang lemah (aneurisma). Bagian tersabut dapat menjadi berpori-pori, selanjutnya mengalami kebocoran, bahkan pecah. Dalam hal ini terjadi pendarahan otak.
Oleh para dokter, pendarahan otak disebut CVA Cerebro Vasculair Accident atau kecelakaan vaskuler otak. Otak kita membutuhkan oksigen dan glukoso untuk dapat berfungsi. Jika terjadi perdarahan otak atau gangguan lainnya seperti cedera otak, tumor, stroke,  infeksi dan lain-lain sehingga terjadi penyumbatan maupun kebocoran pembuluh darah. Maka lambat laun sel-sel otak di bagian tersebut mengalami kematian. Di otak terdapat berbagai bagian dengan fungsi berbeda-beda. Pada kebanyakan orang, bagian untuk kemampuan menggunakan bahasa terdapat di sisi kiri otak diantaranya area broca dan area wernicke. Jika terjadi cedera pada bagian bahasa di otak, maka terjadi afasia.



5.      Tanda dan Gejala Afasia
Gejala afasia adalah tanda-tanda klinis yang tidak normal dari fungsi reseptif atau ekspresif yang secara reatif mempengaruhi kemampuan komunikasi seseorang. Gejala-gejala yang dapat mengarah pada diagnosa afasia adalah sebagai berikut:
1.    Ketidakmampuan berbicara spontan
2.    Ketidakmampuan membentuk kata-kata
3.    Ketidakmampuan menyebut nama suatu benda/objek
4.    Ketidakmampuan mengulang suatu frase
5.    Parafasia (mengganti huruf atau kata)
6.    Agramatisme (ketidakmampuan berbicara dengan bahasa yang baik dan baku)
7.    Produksi kalimat yang tidak lengkap
8.    Ketidakmampuan membaca dan mrnulis
9.    Ketidakmampuan untuk memahami bahasa
Para penderita afasia dapat mengalami kesulitan dalam banyak hal. Hal-hal tersebut sebelumnya merupakan sesuatu yang biasa terjadi di kehidupannya sehari-hari seperti:
-          Melakukan percakapan berbicara dalam grup atau lingkungan yang gaduh.
-          Membaca buku, koran majalah atau papan petunjuk di jalan raya.
-          Pemahaman akan lelucon atau menceritakan lelucon.
-          Mengikuti program di televisi atau radio.
-          Menulis surat atau mengisi formulir.
-          Bertelepon
-          Berhitung mengingat angka atau berurusan dengan uang.
-          Menyebutkan nama-namanya sendiri atau anggota keluarga
Penderita afasia mengalami kesulitan menggunakan bahasa tetapi mereka bukan orang tidak waras. Kebanyakan penderita afasia mendapati kehidupan mereka berbeda sama sekali. Hal-hal sebelumnya dapat dilakukan mudah, sekarang dilakukan dengan susah payah dan membutuhkan lebih banyak waktu. Banyak penderita afasia tidak percaya diri dan khawatir akan masa depannya. Oleh karena itu, bantuan dan dukungan dari lingkungan mereka merupakan hal yang sangat penting. Bertemu dengan penderita afasia lainnya juga membantu.
Tanda-tanda bahaya terjadi afasia pada anak :
b. 4-6 Bulan
    • Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya.
    • Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh..

b. 8-10 Bulan
    • Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian.
    • Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya.
    • 9-10 bulan, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis.

c. 12-15 Bulan
·         12 bulan, belum menunjukkan mimik.
·         12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara, seperti “mama”,“dada”.
·         12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu.
·         15 bulan, belum mampu memahami arti “tidak boleh” atau “daag”.
·         15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda.
·         15 bulan, belum dapat mengucapkan 13 kata.

d. 18-24 Bulan
·         18 bulan, belum dapat mengucapkan 610 kata.
·         18-20 bulan, tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian.
·         21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana.
·         24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat.
·         24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan telepon.
·         24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau katakata orang lain.
·         24 bulan, tidak mampu menunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya.

e. 30-36 Bulan
·         30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga.
·         36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana dan pertanyaan dan tidak dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga.

f. 3-4 Tahun
·         3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan tidak mamiliki minat bermain dengan sesamanya.
·         3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti “ayah” diucapkan “aya”.
·         4 tahun, masih gagap dan tidak dimengerti secara lengkap.

6.      Penatalaksanaan afasia
Banyak penderita afasia pernah dirawat dalam periode tertentu di rumah sakit. Opname di rumah sakit biasanya dilakukan setelah terjadi cedera otak. Setelah keluar dari rumah sakit, banyak dari mereka yang masih membutuhkan penanganan lanjutan. Penanganan afasia hampir selalu diteruskan ke ahli logopedia (=seseorang yang ahli dalam bidang komunikasi) atau pada ahli terapi wicara.
Tindakan dalam terapi wicara. Berikut, sifat tindakan dalam terapi wicara dapat dibedakan atas :
-          Kuratif. Tindakan terapi wicara bertujuan untuk menyembuhkan gangguan/kelainan perilaku komunikasi, agar dapat berkomunikasi secara wajar.
-          Rehabilitatif atau Habilitatif. Tindakan terapi wicara bertujuan untuk memulihkan dan memberikan kemampuan kepada penderita gangguan/kelainan perilaku komunikasi sebagaimana kemampuan sebelum sakit atau sekurang-kurangnya mendekati kemampuan komunikasi normal.
-          Preventif. Tindakan terapi wicara bertujuan mencegah terjadinya gangguan/kelainan perilaku komunikasi, sehingga seseorang dapat tumbuh dan perkembangan secara wajar.
-          Promotif. Tindakan terapi wicara yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan perilaku komunikasinya sehingga dapat meningkatkan tingkat kehidupan secara lebih optimal.
Beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memberi semangat dalam proses perkembangan bahasa anak :
-          Ekspresi kalimat seru
-          Mengombinasikan ekspresi verbal dengan mengarahkan atau melakukan gerak isyarat untuk mendapatkan benda
-          Mengoceh selama bermain
-          Menirukan kata terakhir yang diucapkan anak
-          Menirukan suara lingkungan
-          Berusaha untuk bernyanyi

Apa yang dapat dilakukan, baik bagi penderita afasia maupun kita atau siapa saja yang ingin berkomunikasi pada penderita afasia ?
Apabila Anda adalah penderita afasia :
-          Katakan pada orang lain bahwa Anda menderita afasia.
-          Pakai kartu penanda, dimana tertulis apa itu afasia.
-          Jika dengan berbicara tidak berhasil, coba gunakan bahasa isyarat, gambar, tulisan atau dengan menunjuk untuk memperjelas apa yang Anda maksudkan.
-          Minta pertolongan pada keluarga atau teman.
-          Rencanakan dan siapkan di pikiran Anda atau tulis percakapan yang akan Anda lakukan.
Apabila Anda berkomunikasi dengan penderita afasia :
a.       Ketika Anda ingin memberitahukan sesuatu kepada penderita afasia :
-          Luangkan waktu khusus untuk percakapan tersebut. Duduk tenang dan buat kontak mata.
-          Jika Anda merasa tidak yakin dengan percakapan tersebut, mulai dengan sesuatu yang sederhana mengenai diri Anda. Setelah itu ajukan pertanyaan yang jawabannya ingin Anda ketahui.
-          Bicaralah dengan tenang dengan menggunakan kalimat-kalimat pendek. Berikan penekanan pada kata-kata yang paling penting.
-          Tuliskan kata-kata yang paling penting. Ulangi pesan yang ingin Anda sampaikan dan berikan tulisan tersebut kepada pasien afasia. Pasien afasia dapat menggunakan tulisan tersebut untuk membantu ingatannya atau sebagai alat bantu komunikasi.


-         

Bantu penderita afasia mengungkapkan permasalahannya dengan menggunakan bahasa isyarat, menggambar, atau menulis atau minta dia untuk  menunjuk, memberikan isyarat, menggambar, atau menuliskan permasalahannya. Sama-sama mencari di buku saku bahasa atau buku percakapan.






b.      Ketika penderita afasia ingin memberitahukan sesuatu kepada Anda
-          Pertama-tama harus jelas mengenai siapa yang dibicarakan, apa yang terjadi, dan dimana atau kapan kejadian itu berlangsung. Sangat penting bagi Anda untuk mengajukan pertanyaan yang tepat, inventif, dan sebisa mungkin dilakukan dengan sistematis. Coba untuk selalu memberikan pertanyaan pilihan. Tuliskan pilihan yang salah satunya harus atau dapat dipilih, berdekatan satu sama lain.

Kesabaran mengalahkan segalanya
Melakukan pembicaraan dengan penderita afasia menuntut banyak waktu dan kesabaran. Terlepas dari tip-tip di atas, dapat terjadi bahwa pada akhirnya Anda tidak sepenuhnya mengerti isi pembicaraan tersebut. Biarkan pembicaraan tersebut mengendap untuk beberapa waktu dan setelah itu coba sekali lagi. Kemungkinan Anda akan lebih berhasil.
Informasi lebih lanjut dalam berbagai bahasa, organisasi afasia nasional serta memberikan informasi mengenai afasia dapat di peroleh di website Association internationale aphasie (AIA) www.aphasia-international.com
Tujuan website ini adalah untuk memberikan perhatian pada afasia juga untuk menstimulasi pendirian kelompok-kelompok kontak para penderita afasia. Ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya isolasi sosial para penderita afasia.


 VI.            METODE
1.      Ceramah
2.      Tanya jawab     
VII.            MEDIA
·         Materi SAP
·         Leafllet
·         Powerpoint
VIII.            KEGIATAN PEMBELAJARAN
NO
Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Peserta
1.
3 menit
Pembukaan :
a. Memberi salam
b. Perkenalan
c. Menjelaskan tujuan   penyuluhan
d. Menyebutkan materi/pokok bahasan yang akan disampaikan
Menjawab salam
Mendengarkan dan memperhatikan
2.
9 menit
Pelaksanaan:
Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan dan teratur
Materi :
1.      Pengertian  afasia
2.      Klasifikasi berdasarkan usia afasia
3.      Penyebab afasia
4.      Patofisiologi afasia
5.      Beberapa tanda dan gejala afasia
6.      Penatalaksanaan afasia
Menyimak dan memperhatikan
3
6 menit
Evaluasi :
Meminta peserta penyuluhan untuk menjelaskan kembali :
1.      Pengertian afasia
2.      Klasifikasi berdasarkan usia afasia
3.      Penyebab afasia
4.      Bagaimana afasia terjadi (patofisiologi)
5.      Beberapa tanda dan gejala afasia
6.      Penatalaksanaan afasia
Memberikan pujian atas keberhasilan peserta menjelaskan pertanyaan dan memperbaiki kesalahan serta menyimpulkan.
Bertanya dan menjawab pertanyaan
4
2 menit
Penutup :
1.      Menyimpulkan materi yang telah disampaikan
2.      Mengucapkan terimakasih atas perhatian dan waktu yang telah diberikan kepada peserta
3.      Mengucapkan salam penutup
Menyimak dan menjawab salam

 IX.            PENGESAHAN
Yogyakarta, 02 November 2010
Sasaran                                                                        Pemberi Materi Penyuluhan

Wakil Warga                                                                                     Ery Astuti
Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Drs. Sugianto, A.Md. Kep. M. Ke

    X.            EVALUASI
1.    Pertanyaan :
     Apakah  afasia itu ?
     Jawaban :
Afasia adalah gangguan kemampuan berbahasa, yaitu  hilangnya kemampuan untuk menggunakan bahasa karena terjadinya cedera pada area bahasa di otak.

2.    Pertanyaan :
     Sebutkan klasifikasi berdasakan usia afasia ?
     Jawaban :
Afasia anak yaitu terjadi pada masa perkembangan.
Afasia dewasa yaitu terjadi pada tahap akhir/setelah perkembangan bahasa .

3.    Pertanyaan :
     Apakah etiologi atau penyebab afasia ?
Jawaban :
a.       cedera otak, pendarahan otak
b.      tumor,
c.       stroke,
d.      infeksi

4.    Pertanyaan :
     Bagaimana afasia terjadi  ?
     Jawaban :
Oleh para dokter, pendarahan otak disebut CVA Cerebro Vasculair Accident atau kecelakaan vaskuler otak. Otak kita membutuhkan oksigen dan glukoso untuk dapat berfungsi. Jika terjadi perdarahan otak atau gangguan lainnya seperti cedera otak, tumor, stroke,  infeksi dan lain-lain sehingga terjadi penyumbatan maupun kebocoran pembuluh darah. Maka lambat laun sel-sel otak di bagian tersebut mengalami kematian. Di otak terdapat berbagai bagian dengan fungsi berbeda-beda. Pada kebanyakan orang, bagian untuk kemampuan menggunakan bahasa terdapat di sisi kiri otak diantaranya area broca dan area wernicke. Jika terjadi cedera pada bagian bahasa di otak, maka terjadi afasia.

5.    Pertanyaan :
     Sebutkan 6 dari 9 tanda dan gejala afasia ?
     Jawaban :
1.    Ketidakmampuan berbicara spontan
2.    Ketidakmampuan membentuk kata-kata
3.    Ketidakmampuan menyebut nama suatu benda/objek
4.    Ketidakmampuan mengulang suatu frase
5.    Parafasia (mengganti huruf atau kata)
6.    Agramatisme (ketidakmampuan berbicara dengan bahasa yang baik dan baku)
7.    Produksi kalimat yang tidak lengkap
8.    Ketidakmampuan membaca dan mrnulis
9.    Ketidakmampuan untuk memahami bahasa

6.    Pertanyaan :
Apa yang dapat kita lakukan pada penderita afasia, dan cara mempermudah berkomunikasi dengan penderita afasia ?
Jawaban :
Anjurkan terapi ke ahli terapi wicara atau logopedia.
Share this on your favourite network

0 komentar:

Posting Komentar

null
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS