Home » » SATUAN ACARA PENYULUHAN DEPRESI POST-PARTUM

SATUAN ACARA PENYULUHAN DEPRESI POST-PARTUM


 
A.   Identifikasi masalah
Depresi Post partum merupakan masalah yang sangat berbahaya apabila terjadi pada ibu setelah melahirkan apabila tidak terdeteksi dan tidak sgera ditangani.
Pentingnya memahami mengenai masalah depresi post partum agar dapat mencegah terjadinya depresi sangat penting mengingat apabila depresi ini terjadi pada satu individu maka akan menggangu aktifitas berfikir yang ada serta akan membuyarkan konsetrasi pada suatu kegiatan, bahkan akan erdampak buruk pada bayi si Ibu.

Dari gambaran umum terhadap keadaan yang saat ini dioperoleh bahwa sebagian besar orang khususnya para ibu dan bapak belum mengetahui penanganan dan pencegahan terhadap terjadinya depresi serta bahaya apa yang akan terjadi apabila depresi ini berlanjut. Untuk itu diharapkan dengan diadakannya penyuluhan mengenai depresi post partum ini dapat meningkatkan pengetahuan  mengenai bahaya, penanganan atau pengobatan, serta pencegahan dan tanda-tandanya.
B.   Pengantar
Bidang studi         : Kesehatan  psikologis (jiwa)
Topik                     : Gangguan Psikologis
Sub topik               : Depresi Post-partum
Sasaran                  : Bapak-Ibu Warga Desa Selalu Sehat
Hari /tanggal         : Selasa, 13 Desember 2010
Jam                        :  09.00-09.20
Waktu                   : 20 menit
Tempat                  : Balai Desa Selalu Sehat
C.   Tujuan Intuksional Umum (TIU)
              Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, peserta yang mengikuti kegiatan ini diharapkan dapat mengetahui masalah depresipost partum, tanda-tanda akan terjadinya depresi pada diri mereka agar dapat mencegahnya, mengetahui beberapa penanganan dasar pada seseorang yang terkena depresi tersebut.
D.   Tujuan Intruksional Kusus (TIK)
              Setelah mengikuti kegiatan selama 20 menit, mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini dapat menjelaskan :
1.      Pengertian depresi post partu
2.      Tanda-tanda dan gejala depresi post partum
3.      Penanganan depresi post partum
E.   Materi
Terlampir
F.    Metode :
1.      Ceramah (presentasi)
2.      Tanya jawab
G.  Media
1.      Power point
2.      Leaflet

H.  Kegiatan Pembelajaran
No
Waktu
Kegiatan role play model
Kegiatan peserta
1.
3 menit
Pembukaan
1.      Memberikan salam
2.      Menjelaskan tujuan dari pembelajaran
3.      Menyebutkan materi atau pokok bahasan yang di sampaikan dalam acara tersebut
1.      Menjawab salam
2.      Mendengarkan dan memperhatikan
2.
8  menit
Pelaksanaan materi
Pelaksanaan materi penyuluhan secara berurutan dan terartur
Materi
1.      Pengertian depresi post partu
2.      Penyebab dan factor resiko depresi post partum
3.      Tanda-tanda dan gejala depresi post partum
4.      Penanganan depresi post partum
Menyimak dan memperhatikan penjelasan
3.
7  menit
Evaluasi :
1.      menyimpulkan isi penyuluhan
2.      menyampaikan secara singkat materi penyuluhan
3.      memberi kesempatan kepada audience untuk bertanya
4.      memberikan kesempatan kepada udience untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan
Bertanya dan menjawab pertanyaan
4.
2 menit
Penutup
1.      menyimpulkan materi yang telah disampaikan
2.      menyampaikan terima kasih tas waktu yang telah diberikan oleh peserta
3.      mengucapkan salam
Menjawab salam

I.      Pengesahan
                                                                                                                             Yogyakarta, 13 Desember 2010
                  Sasaran                                                                                                                                                       Penyuluh
  
           (______________)                                                                                                                               (Annisa Yuniarti Utami)
Mengetahui
Pembimbing


(Drs.Sugiyanto A.Mk.,M.Kes)

J.     Evaluasi
Metode evaluasi    : Diskusi tanya jawa
Jenis pertanyaan    : lisan
1.      Apakah yang dimaksud dengan depresi post partum?
2.      Bagaimana gejala depresi post partum?
3.      bagaimana cara penanganan deprsi post partum?
K.  Lampiran materi
1.      Pengertian depresi post partum
Secara umum sebagaian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah melahirkan. Clydde (Regina dkk, 2001), bentuk gangguan postpartum yang umum adalah depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional. Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara. Menurut DSM-IV, gangguan pascasalin diklasifikasikan dalam gangguan mood dan onset gejala adalah dalam 4 minggu pascapersalinan. Ada 3 tipe gangguan mood pascasalin, diantaranya adalah maternity blues, postpartum depression dan postpartum psychosis (Ling dan Duff, 2001).
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Paltiel (Koblinsky dkk, 1997), bahwa ada 3 golongan gangguan psikis pascasalin yaitu postpartum blues atau sering disebut juga sebagai maternity blues yaitu kesedihan pasca persalinan yang bersifat sementara. Postpartum depression yaitu depresi pasca persalinan yang berlangsung sampai berminggu – minggu atau bulan dan kadang ada diantara mereka yang tidak menyadari bahwa yang sedang dialaminya merupakan penyakit. Postpartum psychosis, dalam kondisi seperti ini terjadi tekanan jiwa yang sangat berat karena bisa menetap sampai setahun dan bisa juga selalu kambuh gangguan kejiwaannya setiap pasca melahirkan.
Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt (Regina dkk, 2001), depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). Masih menurut Pitt (Regina dkk, 2001) tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami “kesedihan sementara” yang berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum, ini disebut dengan the blues atau maternity blues. Gangguan postpartum yang paling berat disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem tersebut terdapat kedaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut neurosa depresi atau depresi postpartum.
Menurut Duffet-Smith (1995), depresi pascasalin bisa berkaitan dengan terjadinya akumulasi stres. Ada stres yang tidak dapat dihindari, seperti operasi. Depresi adalah pengalaman yang negatif ketika semua persoalan tamapak tidak terpecahkan. Persoalan juga tidak akan terpecahkan dengan berpikir lebih positif, tetapi sikap itu akan membuat depresi lebih dapat dikendalikan.
Monks dkk (1988), menyatakan bahwa depresi postpartum merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti labilitas afek, kecemasan dan depresi pada ibu yang dapat berlangsung berbulan – bulan. Sloane dan Bennedict (1997) menyatakan bahwa depresi postpartum biasanya terjadi pada 4 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus 1 – 2 minggu.
Llewellyn–Jones (1994), menyatakan bahwa wanita yang didiagnosa secara klinis pada masa postpartum mengalami depresi dalam 3 bulan pertama setelah melahirkan. Wanita yang menderita depresi postpartum adalah mereka yang secara sosial dan emosional merasa terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi postpartum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus – menerus sampai 6 bulan bahkan sampai satu tahun.
2.      Penyebab depresi postpartum
Cycde (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa depresi postpartum tidak berbeda secara mencolok dengan gangguan mental atau gangguan emosional. Suasana sekitar kehamilan dan kelahiran dapat dikatakan bukan penyebab tapi pencetus timbulnya gangguan emosional.
Nadesul (1992), penyebab nyata terjadinya gangguan pasca melahirkan adalah adanya ketidakseimbangan hormonal ibu, yang merupakan efek sampingan kehamilan dan persalinan. Sarafino (Yanita dan Zamralita, 2001), faktor lain yang dianggap sebagai penyebab munculnya gejala ini adalah masa lalu ibu tersebut, yang mungkin mengalami penolakan dari orang tuanya atau orang tua yang overprotective, kecemasan yang tinggi terhadap perpisahan, dan ketidakpuasaan dalam pernikahan. Perempuan yang memiliki sejarah masalah emosional rentan terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variabel sikap selama masa kehamilan seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan dengan munculnya gejala depresi.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Llewellyn–Jones (1994), karakteristik wanita yang berisiko mengalami depresi postpartum adalah : wanita yang mempunyai sejarah pernah mengalami depresi, wanita yang berasal dari keluarga yang kurang harmonis, wanita yang kurang mendapatkan dukungan dari suami atau orang–orang terdekatnya selama hamil dan setelah melahirkan, wanita yang jarang berkonsultasi dengan dokter selama masa kehamilannya misalnya kurang komunikasi dan informasi, wanita yang mengalami komplikasi selama kehamilan.
Pitt (Regina dkk, 2001), mengemukakan 4 faktor penyebeb depresi postpartum sebagai berikut :
a.       Faktor konstitusional. Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
b.      Faktor fisik. Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang progesteron naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
c.       Faktor psikologis. Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis individu. Klaus dan Kennel (Regina dkk, 2001), mengindikasikan pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
d.      Faktor sosial. Paykel (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu – ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab depresi postpartum adalah faktor konstitusional, faktor fisik yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal, faktor psikologi, faktor sosial dan karakteristik ibu.
Adapun Faktor resiko yang dapat mendukung terjadinya depresi post partum, antara lain :keadaan hormonal, dukungan social, emotional relationship, komunikasi dan kedekatan, struktur keluarga, antropologi, perkawinan, demografi, stressor psikososial, lingkungan
3.      Tanda-tanda dan gejala depresi post partum
Depresi merupakan gangguan yang betul–betul dipertimbangkan sebagai psikopatologi yang paling sering mendahului bunuh diri, sehingga tidak jarang berakhir dengan kematian. Gejala depresi seringkali timbul bersamaan dengan gejala kecemasan. Manifestasi dari kedua gangguan ini lebih lanjut sering timbul sebagai keluhan umum seperti : sukar tidur, merasa bersalah, kelelahan, sukar konsentrasi, hingga pikiran mau bunuh diri.
Menurut Vandenberg (dalam Cunningham dkk, 1995), menyatakan bahwa keluhan dan gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan yang terdapat pada kelainan depresi lainnya. Hal yang terutama mengkhawatirkan adalah pikiran – pikiran ingin bunuh diri, waham–waham paranoid dan ancaman kekerasan terhadap anak–anaknya.
Depresi postpartum mempunyai karakteristik yang spesifik antara lain :
a.       Mimpi buruk. Biasanya terjadi sewaktu tidur REM. Karena mimpi – mimpi yang menakutkan, individu itu sering terbangun sehingga dapat mengakibatkan insomnia. Insomnia. Biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang mendasarinya seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang terjadi dalam hidup manusia.
b.      Phobia. Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu irasional adanya. Ibu yang melahirkan dengan bedah Caesar sering merasakan kembali dan mengingat kelahiran yang dijalaninya. Ibu yang menjalani bedah Caesar akan merasakan emosi yang bermacam–macam. Keadaan ini dimulai dengan perasaan syok dan tidak percaya terhadap apa yang telah terjadi. Wanita yang pernah mengalami bedah Caesar akan melahirkan dengan bedah Caesar pula untuk kehamilan berikutnya. Hal ini bisa membuat rasa takut terhadap peralatan peralatan operasi dan jarum (Duffet-Smith, 1995).
c.       Kecemasan. Ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahuinya.
d.      Meningkatnya sensitivitas. Periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali penyesuaian diri dan pembiasaan diri. Bayi harus diurus, ibu harus pulih kembali dari persalinan anak, ibu harus belajar bagaimana merawat bayi, ibu perlu belajar merasa puas atau bahagia terhadap dirinya sendiri sebagai seorang ibu. Kurangnya pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri dengan bayi yang lahir, atau waktu dan tuntutan yang ekstensif akan meningkatkan sensitivitas ibu (Santrock, 2002).
e.       Perubahan mood. Menurut Sloane dan Bennedict (1997), menyatakan bahwa depresi postpartum muncul dengan gejala sebagai berikut : kurang nafsu makan, sedih – murung, perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta mengotori kain yang baru diganti.
Menurut Nevid dkk (1997), depresi postpartum sering disertai gangguan nafsu makan dan gangguan tidur, rendahnya harga diri dan kesulitan untuk mempertahankan konsentrasi atau perhatian.
Kriteria diagnosis spesifik depresi postpartum tidak dimasukkan di dalam DSM-IV, dimana tidak terdapat informasi yang adekuat untuk membuat diagnosis spesifik. Diagnosis dapat dibuat jika depresi terjadi dalam hubungan temporal dengan kelahiran anak dengan onset episode dalam 4 minggu pasca persalinan.
Menurut DSM IV, simptom–simptom yang biasanya muncul pada episode postpartum antara lain perubahan mood, labilitas mood dan sikap yang berlebihan terhadap bayi. Wanita yang menderita depresi postpartum sering mengalami kecemasan yang sangat hebat dan sering panik.
Meskipun belum ada kriteria diagnosis spesifik dalam DSM-IV, secara karakteristik penderita depresi postpartum mulai mengeluh kelelahan, perubahan mood, memiliki episode kesedihan, kecurigaan dan kebingungan serta tidak mau berhubungan dengan orang lain. Selain itu, penderita depresi postpartum memiliki perasaan tidak ingin merawat bayinya, tidak mencintai bayinya, ingin menyakiti bayi atau dirinya sendiri atau keduanya.
Gejala depresi pascasalin ini memang lebih ringan dibandingkan dengan psikosis pascasalin. Meskipun demikian, kelainan–kelainan tersebut memiliki potensi untuk menimbulkan kesulitan atau masalah bagi ibu yang mengalaminya (Kruckman dalam Yanita dan Zamralita, 2001).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gejala–gejala depresi postpartum antara lain adalah trauma terhadap intervensi medis yang dialami, kelelahan, perubahan mood, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, tidak mau berhubungan dengan orang lain, tidak mencintai bayinya, ingin menyakiti bayi atau dirinya sendiri atau keduanya.
4.      Penanganan depresi post partum
Jika Anda baru saja melahirkan dan tiba-tiba merasa sedih, blue, anxious, mudah tersinggung, lelah luar biasa atau gejala-gejala lain dari postpartum depression, ingatlah bahwa banyak para wanita lain yang juga mengalami hal yang sama. Anda tidak gila atau berubah menjadi gila! Dan sebaiknya Anda memang jangan pernah mempunyai pikiran demikian.
Dibawah ini ada beberapa tips yang mungkin bisa membantu Anda melewati postpartum depression:
a.       Cari teman atau saudara yang bisa diajak curhat
b.      Cari orang yang bisa membantu Anda untuk merawat bayi atau mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Hal ini akan membantu Anda untuk bisa beristirahat.
c.       Luangkan waktu untuk melakukan sesuatu bagi diri Anda sendiri, meskipun itu hanya berlangsung selama 15-20 menit/hari. Misalnya baca buku, jalan-jalan sekitar kompleks perumahan, mandi spa atau memanjakan diri di salon.
d.      Setiap hari, luapkan emosi dan perasaan Anda. Ini adalah salah satu cara untuk mengeluarkan semua perasaan dan rasa frustasi Anda
e.       Kelahiran seorang bayi membawa banyak perubahan dan menjadi orangtua memang bukan suatu perkara yang mudah.
f.       Jujurlah pada diri Anda sendiri seberapa banyak yang bisa Anda lakukan dan jangan pernah ragu untuk minta bantuan kepada orang lain saat Anda membutuhkannya.
L.   Daftar pustaka
Rasmun. 2004.”Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan”Jakarta:CV.Agung seto
Videbeck ,Sheila L.2008.”Buku Ajar Keperawatan Jiwa”Jakarta:EGC
www.bukankuyangbiasa.blogspot.com .”Depresi Postpartum
Yosep,Iyus.2007.”Keperawatan Jiwa”Bandung :Revika Aditama



Share this on your favourite network

0 komentar:

Posting Komentar

null
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS