Saat ini berbagai masalah kesehatan
yang serius di Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Misalnya pola
hidup yang tidak sehat, cara pemeliharaan kesehatan yang tidak baik, pola makan
yang tidak baik dan juga faktor sosial ekonomi.
Masalah kesehatan yang banyak
menimbulkan kematian adalah Congestive Heart Failure / Gagal Jantung Kongestif.
Penyakit CHF umumnya diderita oleh orang dewasa pria daripada wanita. Jumlah
presentasinya 3% pada orang berusia 45-60 tahun, 75% pada orang yang berusia di
atas 60 tahun. (Jensen and Miller, 1995).
Penyebab dari CHF adalah myocardial
infark, hipertensi sistemik, dan stenosis pulmoner. Pada pasien dengan CHF
dianjurkan untuk berolah raga secara teratur yang diselingi dengan istirahat
yang cukup (tidak bekerja berlebihan) dan sebaiknya menghindari kemarahan
emosional.
Dengan adanya makalah ini penulis
berusaha menggambarkan tentang penyakit CHF sehingga dapat dilakukan tindakan
pengobatan secara dini bila didapatkan gejala-gejala CHF seperti jantung
berdebar-debar, cepat lelah, sesak napas dan keinginan berkemih pada malam
hari.
Peran perawat yang dilakukan untuk
menurunkan angka kejadian dengan memberikan penyuluhan CHF kepada masyarakat.
Dengan demikian diharapkan masyarakat dapat melakukan tindakan pencegahan atau
mengurangi resiko timbulnya CHF.
B.
TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah :
1.
Mengetahui tentang proses
penyakit dan pencegahannya.
2.
Agar dapat memberikan asuhan
keperawatan yang tepat bagi pasien yang menderita CHF.
3.
Membandingkan antara teori
dengan kasus yang ada pada pasien.
C.
METODE PENULISAN
1.
Studi kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari dari literatur yang berhubungan dengan CHF.
2.
Studi kasus
Yaitu dengan pengamatan langsung pada pasien CHF di unit Fransiskus
Sint Carolus.
D.
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah ini
diawali dengan kata pengantar, daftar isi yang dilanjutkan dengan Bab I tentang
pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan. Bab II mengenai tinjauan teoritis yang berisi konsep
medik, konsep asuhan keperawatan dan patoflowdiagram. Bab III tentang
pengamatan kasus. Bab IV mengenai pembahasan kasus. Bab IV kesimpulan dan
diakhiri dengan daftar pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
KONSEP DASAR
1. Definisi
·
Congestive Heart Failure atau
Gagal Jantung Kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang
adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. (Brunner
& Suddarth, hal. 805).
·
CHF adalah sindroma kompleks
yang secara klinik diakibatkan dari ketidakmampuan dari jantung untuk memenuhi
metabolisme tubuh. (Thompson Mc. Farland Hirsh Tucker, 2002, hal. 66).
2. Anatomi Fisiologi
Jantung
adalah organ berongga, berotot yang terletak di tengah toraks dan menempati
rongga antara paru dan diafragma. Fungsi jantung adalah memompa darah ke
jaringan, mensuplai oksigen, dan zat nutrisi lain serta mengangkut
karbondioksida. Jantung berada di rongga mediastinum dan terbungkus dalam
kantong fibrosa tipis yang disebut perikardium.
Sisi
kanan dan kiri jantung masing-masing tersusun atas dua kamar yaitu atrium dan
ventrikel. Perbedaan ketebalan dinding atrium dan ventrikel berhubungan dengan
beban kerjanya. Dinding atrium lebih tipis daripada dinding ventrikel karena
rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium untuk menahan darah dan kemudian
menyalurkannya ke ventrikel. Ventrikel kiri menyemburkan darah melawan tahanan
sistemis yang tinggi, sementara ventrikel kanan melawan tekanan darah pembuluh darah
paru.
Katup
jantung memungkinkan darah mengalir hanya ke satu arah dalam jantung. Ada 2
jenis katup yaitu katup atrioventrikularis dan katup semilunaris.
a.
Katup Atrioventrikularis, yaitu
katup yang memisahkan atrium dan ventrikel.
-
Katup Trikuspidalis yaitu katup
yang memisahkan atrium dan ventrikel.
-
Katup Mitral atau Bikuspidalis
yaitu katup yang memisahkan atrium dan ventrikel kiri.
b.
Katup Semilunaris, yaitu katup
yang terletak diantara tiap ventrikel dan arteri yang bersangkutan.
-
Katup Pulmonalis, yaitu katup
yang terletak diantara tiap ventrikel kanan dan arteri pulmonalis.
-
Katup Aorta, yaitu katup yang
terletak diantara ventrikel kiri dan aorta.
Sistem Hantaran Jantung
Nodus Sinoatrial (SA) yang terletak
antara sambungan vena cava superior dan atrium kanan adalah awal mula sistem
hantaran dan normalnya berfungsi sebagai pacu jantung ke seluruh miocardium
(otot jantung). SA memulai sekitar 60-100 impulse permenit pada saat jantung
normal istirahat, tetapi dapat mengubah frekuensinya sesuai kebutuhan tubuh.
Sinyal listrik yang dimulai oleh
nodus SA kemudian dihantarkan dari sepanjang sel miokardium ke nodus
atrioventrikularis (AV). Nodus AV (terletak di dinding atrium kanan dekat katup
trikuspidalis) memiliki kecepatan intrinsik sekitar 40-60 impulse permenit.
Impuls dari AV akan diantarkan melalui suatu bundel serabut otot khusus (Bundel
His). Bundel His akan bercabang menjadi cabang bundel kanan dan kiri kemudian
berakhir sebagai serabut yang dinamakan serabut purkinje.
Hemodinamika Jantung
Prinsip penting yang menentukan
arah aliran darah adalah aliran cairan dari daerah bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah. Tekanan yang bertanggung jawab terhadap aliran darah dalam
sirkulasi normal dibangkitkan oleh kontraksi otot ventrikel. Ketika otot berkontraksi,
darah terdorong dari ventrikel ke aorta selama periode dimana tekanan ventrikel
kiri melebihi tekanan aorta. Bila kedua tekanan menjadi seimbang, katup aorta
akan menutup dan keluaran dari ventrikel kiri terhenti. Darah yang telah
memasuki aorta akan menaikkan tekanan dalam pembuluh darah tersebut. Akibatnya
terjadi perbedaan tekanan yang akan mendorong darah secara progresif ke arteri,
kapiler dan vena. Darah kemudian kembali ke atrium kanan karena tekanan dalam
kamar ini lebih rendah dari tekanan vena.
Selama diastolik katup
atrioventrikularis dan darah yang kembali dari mengalir ke atrium dan kemudian
ke ventrikel. Selama diastolik tekanan di dalam ventrikel dengan cepat
meningkat mendorong katup AV untuk menutup. Konsekuensinya tidak ada lagi pengisian
ventrikel dan atrium dan darah yang dihembuskan dari ventrikel tidak dapat
mengalir balik ke atrium.
Curah jantung adalah jumlah darah
yang dipompa oleh ventrikel selama satu satuan waktu. Curah jantung sebanding
dengan volume sekuncup (SV) dikalikan frekuensi jantung (HR). Frekuensi jantung
dipengaruhi oleh impuls parasimpatis yang dapat memperlambat HR dan impuls
simpatis dapat meningkatkan HR. Volume sekuncup (SV) merupakan sejumlah darah
yang disemburkan setiap denyut.
3. Etiologi
Terjadinya gagal jantung dapat
disebabkan oleh :
a.
Kelainan otot jantung :
aterosklerosis koroner, hipertensi atrial, penyakit otot degeneratif.
b.
Hipertensi sistemik
c.
Hipoxia
d.
Penyakit jantung lain (MCI)
e.
Embolus paru
f.
Aritmia
g.
Anemia, penyakit tiroid.
4. Patofisiologi
Pada gagal jantung kontraktilitas
jantung berkurang dan ventrikel tidak mampu memompa keluar darah sebanyak yang
masuk selama diastol. Hal ini menyebabkan volume diastolik akhir ventrikel
secara progresif bertambah.
Volume sekuncup ditentukan oleh
tiga faktor, yaitu :
a.
Kontraktilitas intrinsik otot
jantung
Kontraksi dapat meningkat akibat katekolamin, aktivitas saraf
simpatis. Kontraktilitas berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung
dan kadar kalsium.
b.
Preload
Merupakan sinonim dari Hukum Starling, yaitu jumlah darah yang
mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh
panjangnya regangan serabut jantung.
c.
After load
Besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah
melawan perbedaan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriola.
Volume diastolik akhir meningkat
secara progresif sehingga serat otot ventrikel mengalami peregangan melebihi
panjang optimalnya. Tegangan yang dihasilkan menjadi berkurang karena ventrikel
teregang oleh darah. Semakin ventrikel terisi berlebihan, semakin sedikit darah
yang optimal dipompa keluar sehingga akumulasi darah dan peregangan otot
semakin bertambah.
Sisa darah yang tertinggal dan
ditambah dengan venous return di ventrikel kiri akan menyebabkan peningkatan volume
darah sehingga akan menyebabkan peningkatan pengisian ventrikel (preload) atau
menurunkan SV dengan meningkatkan after load yang harus dilawan oleh kerja
pompa ventrikel. Peningkatan preload dan after load menyebabkan peningkatan
beban kerja dan kebutuhan O2 jantung. Jika kebutuhan O2
tidak terpenuhi maka serat otot semakin hipoksik sehingga kontraktilitas
berkurang. Akibat buruknya, kontraktilitas terjadi akumulasi volume di
ventrikel.
Pada hipertensi sistemik
menyebabkan ventrikel kiri hipertropi paru, ventrikel kanan dan atrium kanan.
Gagal ventrikel kiri (edema paru akut) sering mendahului gagal ventrikel kanan
sehingga curah ventrikel berpasangan dan terjadi gagal salah satu ventrikel
yang menyebabkan penurunan perfusi jaringan.
5. Tanda dan Gejala
a.
Gagal jantung kiri
-
Dyspnea
-
Batuk
-
Mudah lelah
-
Gelisah dan cemas.
b.
Gagal jantung kanan
-
Edema
-
Hepatomegali
-
Anoreksia
-
Nokturia
-
Lemah.
6. Test Diagnostik
a.
MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
Identifikasi pembesaran ventrikel.
b.
Foto thorax
Identifikasi pembesaran jantung.
c.
EKG
Melihat adanya hipertrofi atrial/ventrikuler iskhemia.
d.
ECG
Identifikasi ketidaknormalan katup pembesaran jantung.
e.
Enzim-enzim Jantung
Khususnya CK/MB meningkat (gangguan otot jantung).
f.
Kateterisasi
Identifikasi perbedaan gagal jantung kanan atau kiri.
g.
Echocardiogram
Identifikasi ukuran, bentuk dan pergerakan otot jantung dan katup
jantung melalui gelombang suara ultrasonik.
7. Therapi Medik
a.
Memperbaiki daya pompa jantung.
-
Therapi Digitalis : Ianoxin
-
Obat Inotropik : Amrinone
(Inocor), Dopamine (Intropin)
b.
Pengendalian retensi garam dan
cairan
-
Diet rendah garam
-
Diuretik : chlorothiazide
(Diuril), Furosemide (Lasix), Sprionolactone (aldactone).
c.
Angiotensin converting enzyme
(ACE) inhibitor : captropil, enalopril, lisinopril.
8. Komplikasi
-
Edema pulmonal
-
Miocardiac infark
-
Gagal ginjal
-
Gagal hati.
B.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a.
Pola persepsi dan pemeliharaan
kesehatan
-
Riwayat hipertensi
-
Ketidakpatuhan terhadap diet
-
Kebiasaan merokok
-
Kebiasaan minum obat yang
dibeli di warung.
b.
Pola nutrisi metabolik
-
Anoreksia
-
Penurunan BB
-
Mual, muntah.
c.
Pola eliminasi
-
Nokturia
-
Perubahan pola berkemih.
-
Konstipasi
d.
Pola aktivitas dan latihan
-
Fatigue
-
Penurunan toleransi
beraktivitas.
-
Sesak napas.
e.
Pola tidur dan istirahat
-
Gangguan pola tidur karena dyspnea
dan nokturia.
-
Paroxymal nokturia, dyspnea
f.
Pola kognitif dan persepsi
sensori
-
Kurang pengetahuan tentang
masalah dan perawatan.
-
Pengenalan terhadap lingkungan
sekitar, orientasi tempat dan waktu.
g.
Pola persepsi dan konsep diri
-
Gangguan body image, berhubungan
dengan edema.
-
Kecemasan.
h.
Pola peran dan hubungan dengan
sesama
-
Kesulitan memenuhi tanggung
jawab karena fatigue.
i.
Pola reproduksi dan seksual
-
Penurunan libido dan impotensi
berhubungan dengan fatigue dan pengobatan.
j.
Pola mekanisme koping dan
toleransi terhadap stres.
-
Kecemasan b.d dyspnea.
-
Kecemasan b.d penyakit kronis.
-
Berduka karena kehilangan peran
dan fungsi.
-
Kesiapan menghadapi kematian.
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Penurunan cardiac output b.d
penurunan kontraktilitas gangguan irama jantung overload cairan atau
peningkatan after load.
b.
Ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit b.d penurunan perfusi ginjal.
c.
Intoleransi beraktivitas b.d
penurunan cardiac output, Hb yang meningkat.
d.
Kurang pengetahuan b.d proses
penyakit dan perawatan.
e.
Ansietas b.d dyspnea, takut
kematian.
f.
Gangguan pola tidur b.d
nokturnal, dyspnea, ketidakmampuan menyesuaikan posisi yang tidak nyaman.
3. Perencanaan Keperawatan
a.
Penurunan cardiac output b.d
penurunan kontraktilitas, gangguan irama jantung overload volume cairan atau
peningkatan afterload.
HYD : Mempertahankan cardiac output yang optimal ditandai dengan :
-
HR < 100 x/menit.
-
TD sistolik optimal, ditandai
dengan capillary refill < 3 detik dan tidak ada periperal edema.
-
Tidak ada BJ III.
Intervensi keperawatan :
1)
Monitor dan dokumentasikan HR,
TD.
R/ salah
satu tanda gagal jantung adalah peningkatan HR, adanya BJ III atau murmur
menandakan peningkatan volume cairan. Penurunan TD menandakan penurunan CO.
2)
Berikan obat jantung sesuai
instruksi dokter dan dokumentasikan reaksi pasien.
R/ agent
farmakoterapeutik mengubah preload, kontraktilitas atau after load.
3)
Observasi tanda dan gejala
hipoxemia seperti confusion, dyspnea, disritmia, takikardi dan cyanosis.
R/ pasien
yang dyspnea menggunakan otot aksesoris.
4)
Berikan istirahat yang adekuat
dengan memonitor level suara membatasi pengunjung.
R/ istirahat
mengurangi konsumsi myocardial oksigen.
5)
Monitor status cairan.
R/ volume
cairan dapat meningkatkan kerja jantung.
6)
Kurangi rasa takut dan
kecemasan.
R/ takut
dan cemas mengaktifkan nervus simpatik dan meningkatkan HR, kontraktilitas
myocardial dan vasokonstriksi.
b.
Ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit b.d penurunan perfusi ginjal dan therapi diuretik.
HYD : Mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit yang optimal.
Intervensi keperawatan :
1)
Monitor level sodium dan
potasium.
R/ hiponatremia dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, hipokalemia
dapat menyebabkan fatigue, ileus, ventrikel fibrilasi.
2)
Timbang BB seminggu sekali.
R/ mengetahui adanya ketidakseimbangan cairan dalam tubuh.
3)
Observasi intake dan output.
R/ untuk menentukan intervensi yang sesuai untuk dilakukan.
4)
Berikan batasan cairan.
R/ untuk menghindari terjadinya edema (kelebihan cairan).
c.
Intoleransi aktivitas b.d
penurunan cairan output.
HYD : Pemenuhan kebutuhan aktivitas dasar
terpenuhi tanpa peningkatan
beban
kerja jantung
Intervensi keperawatan :
1)
Pertahankan kestabilan jantung
dengan mengevaluasi CO, HR.
R/ aktivitas menyebabkan peningkatan kontraktilitas myocardia.
2)
Jadwalkan program aktivitas
ketika keadaan pasien sudah stabil.
R/ bedrest memiliki efek peningkatan resiko atelektasis dan pneumonia
dan kerusakan integritas kulit.
3)
Evaluasi kemampuan pasien
beraktivitas.
R/ aktivitas berlebihan meningkatkan kerja jantung.
4)
Berikan anti koagulan sesuai
instruksi.
R/ heparin mencegah pembentukan fibrin.
5)
Hindari kondisi yang
berhubungan dengan valsava maneuver.
R/ valsava maneuver meningkatkan tekanan intrakranial dan menurunkan
aliran darah balik ke jantung.
d.
Kurang pengetahuan b.d proses
penyakit dan perawatan.
HYD : Pengetahuan pasien bertambah ditandai dengan :
-
Pasien dapat mengulang kembali
penyuluhan perawat.
-
Pasien dapat merubah pola
hidupnya.
Intervensi keperawatan :
1)
Berikan penyuluhan pada pasien.
R/ menambah
pengetahuan pasien.
2)
Jelaskan tentang batasan
makanan/minuman.
R/ pasien
mengerti pentingnya diet yang dilakukan.
3)
Tekankan pentingnya memonitor
tanda dan gejala peningkatan gagal jantung.
R/ deteksi
awal mengidentifikasi perkembangan penyakit.
4)
Diskusikan dengan pasien dan
keluarga tentang rencana asuhan.
R/ pasien
dengan CHF ada resiko terkena komplikasi kardiovaskuler.
e.
Ansietas b.d dyspnea, takut
akan kematian.
HYD : - Pasien akan
mengekspresikan ansietas pada orang di sekitarnya.
-
Berkurangnya perasaan takut dan
khawatir tentang keadaannya.
Intervensi keperawatan :
1)
Berikan lingkungan yang
mendorong terciptanya diskusi terbuka tentang perasaannya.
R/ lingkungan
yang mendukung menciptakan suasana yang enak untuk berdiskusi.
2)
Ikut sertakan sistem pendukung
pasien dan libatkan sumber.
R/ pasien
lebih terbuka dan mau mengungkapkan perasaannya.
3)
Berikan waktu pasien untuk
mengekspresikan dirinya.
R/ memberikan
waktu, pasien agar lebih tenang.
4)
Observasi ekspresi wajah dan
tingkah laku mengenai ketakutannya terhadap kematian.
R/ untuk
mengetahui apakah pasien telah menerima keadaannya.
f.
Gangguan pola tidur b.d
nokturnal, dyspnea, ketidakmampuan untuk menyesuaikan posisi tidur yang tidak
nyaman.
HYD : Kebutuhan tidur klien terpenuhi ditandai dengan :
-
Tidak tampak menguap
-
Tidak ada lingkaran hitam di
mata.
Intervensi keperawatan :
1)
Jelaskan penyebab nokturnal,
dyspnea.
R/ untuk
mengurangi kegelisahan yang disebabkan karena bangun lebih awal pada saat nafas
sesak.
2)
Jelaskan pada pasien posisi
tidur dengan menggunakan 2 bantal/lebih.
R/ memberikan
rasa nyaman dan untuk mengatasi sesak.
3)
Anjurkan pasien untuk minum
diuretik sesuai dosis yang dianjurkan.
R/ mengurangi
pengeluaran urine pada malam hari.
4. Discharge Planning
Penyuluhan
pasien gagal jantung kongestif adalah :
a.
Istirahat cukup
1)
Istirahat teratur setiap hari.
2)
Memperpendek waktu kerja bila
memungkinkan.
3)
Menghindari kecemasan
emosional.
b.
Menerima kenyataan bahwa
pemakaian digitalis dan pembatasan natrium/ garam mungkin harus dialami seumur
hidup.
1)
Minum digitalis sesuai dosis.
2)
Minum diuretik sesuai resep.
-
Menimbang BB setiap hari.
-
Mengetahui tanda dan gejala
kehilangan kalium.
3)
Minum vasodilator sesuai resep.
-
Belajar mengukur TD sendiri
dengan interval yang dianjurkan.
-
Mengetahui tanda dan gejala
hipotensi ortostatik.
c.
Pembatasan natrium
d.
Melakukan aktivitas yang masih
toleran sesuai beban jantung.
e.
Menghindari panas dan dingin
yang berlebihan yang akan meningkatkan kerja jantung.
C.
PATOFLOWDIAGRAM
BAB III
PENGAMATAN KASUS
Pengkajian
dilakukan pada Tn. Y.L.B yang berusia 53 tahun, agama Kristen, suku Tionghoa
Jawa, status belum menikah di unit Fransiskus RS. Sint Carolus. Pada tanggal 18
Maret 2004 klien dibawa ke URSJU Sint Carolus dengan keluhan sesak napas dan
lemas. Diagnosa dari dokter yaitu CHF dan dianjurkan untuk dirawat. Therapi
yang diberikan yaitu Fargoxin 3x1, Letonal 100 mg 3x1, Fasorbid 5 mg 3x1, Xanax
0,25 mg 1x1, Injeksi Farsix 1x1 amp iv.
Saat
pengkajian tanggal 24 Maret 2004 klien mengeluh sesak napas berkurang, lemas
masih ada, dan suka menahan lapar. Keadaan umum klien tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis. Saat observasi tanda-tanda vital didapatkan TD 140/90
mmHg, S : 376 oC, N : 80 x/menit, HR : 104 x/menit, P : 22 x/menit,
dan didapati suara tambahan ronchi.
Pemeriksaan
laboratorium tidak dilakukan karena sudah dilakukan di RS. Husada pada tanggal
3 & 5 Maret 2004. Hasilnya yaitu 3-3-2004 ; Hb 14,6, leuko: 30.600, Ht :
45, Tb : 147.000, CPK 236, CKMB 153, Ureum 31, Kreatinin : 1,2, GDS : 148.
Tanggal 5-3-2004 : Hb : 13,16, leukosit 50.100, Fibrinogen 168, CPK: 146, CKMB
: 37, SGOT : 75, SGPT : 123, Trigliserida 203, Cholesterol 145, HDL: 7, LDL :
24, Uric acid 4,1 dan CRP Kuantitatif 33,4.
Saat
dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan bentuk abdomen asimetris, tanda nyeri
umum di bagian kwadrant atas. Pelebaran hepar 3 jari, perabaan keras, tepi
tumpul dan permukaan rata. Pada pemeriksaan paru dan pernapasan didapatkan
batas paru hepar 1CS S, Vocal fremitus paru kanan lebih bergetar dari paru
kiri.
Tindakan
yang sudah dilakukan perawat yaitu mengobservasi tanda-tanda vital, pemberian
batasan cairan 1500 / 24 jam, pemberian diit lunak dan RG, memberikan obat
sesuai instruksi.
Diagnosa
yang didapatkan pada klien yaitu penurunan CO b.d penurunan kontraktilitas,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d penurunan perfusi ginjal, kurang
pengetahuan b.d proses penyakit dan perawatan, ansietas b.d dyspnea, takut
kematian, gangguan pola tidur b.d nokturnal, dyspnea. Masalah baru yang didapat
yaitu nyeri b.d peningkatan asam lambung.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Setelah
melakukan pengamatan kasus dan studi kepustakaan, penulis menemukan adanya
persamaan dan perbedaan antara teori dengan kasus yang didapat.
·
Pengkajian
Saat melakukan pengkajian pada Tn.
Y.L.B / 53 tahun di unit Fransiskus dengan diagnosis CHF didapatkan tanda dan
gejala yang sama dengan teori yaitu dispnea, mudah lelah, gelisah dan cemas,
hepatomegali dan nokturia. Tanda yang tidak didapat yaitu batuk, edema,
anoreksia, peningkatan JVP, takikardi. Pemeriksaan diagnostik yang telah
dilakukan yaitu foto thorax saat dirawat di RS. Husada tanggal 4-3-2004 dengan
hasil jantung membesar ke kiri, cardiomegali, HHD, LVH. Paru : ada tanda-tanda
bendungan.
·
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang didapatkan
dari teori yaitu :
1.
Penurunan cardiac output b.d
penurunan kontraktilitas gangguan irama jantung, overload volume cairan atau
peningkatan afterload.
2.
Ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit b.d penurunan perfusi ginjal.
3.
Intoleransi beraktivitas b.d
penurunan cardiac output, Hb yang meningkat.
4.
Kurang pengetahuan b.d proses
penyakit dan perawatan.
5.
Ansietas b.d dyspnea, takut
kematian.
6.
Gangguan pola tidur b.d
nokturnal, dyspnea, ketidakmampuan menyesuaikan posisi yang tidak nyaman.
Dari keenam diagnosa yang ada pada teori, penulis tidak
mengangkat DP ketiga yaitu intoleransi beraktivitas. Pada klien ditemukan
masalah baru yaitu nyeri b.d peningkatan asam lambung.
·
Perencanaan
Perencanaan yang dibuat disesuaikan
antara teori dengan kondisi klien. Dalam membuat perencanaan masih kurang
optimal sehingga perlu bimbingan baik dari pembimbing bangsal maupun dari
pendidikan. Rencana yang dibuat diharapkan dapat diimplementasikan sesuai
dengan masalah yang ada pada klien.
·
Implementasi
Tidak semua rencana keperawatan
dapat diimplementasikan karena beberapa hal seperti keterbatasan waktu. Klien
pulang saat pengkajian hari kedua sehingga ada rencana yang belum dapat
dilaksanakan.
·
Evaluasi
Saat evaluasi klien akan pulang dan
tidak ada keluhan dari klien yang perlu intervensi selanjutnya. Sehingga semua
perencanaan distop, hanya rencana DP I yang dilanjutkan yaitu pemberian therapi
obat dilanjutkan di rumah.
BAB V
KESIMPULAN
CHF yaitu
penyakit/sindroma dimana jantung tidak mampu memompa darah secara adekuat untuk
memenuhi kebutuhan jaringan akan O2 dan nutrisi lain.
Pada Tn.
Y.L.B, klien yang dikaji didapatkan kriteria bahwa klien telah mengalami gagal
jantung kanan dan kiri. Tanda dan gejala yang ada yaitu dyspneu, mudah lelah,
gelisah dan cemas, hepatomegali dan nokturia.
Penyuluhan
yang telah diberikan kepada klien, yaitu :
1.
Olahraga secara rutin selama 30
menit.
2.
Hindari pekerjaan berat.
3.
Makan makanan yang mengandung
sedikit garam.
4.
Hindari merokok dan minum
alkohol.
5.
Menghindari stres berlebihan.
6.
Memeriksakan diri ke dokter
secara teratur.
Perawatan
pada pasien CHF mempunyai tujuan agar orang dengan CHF dapat hidup normal dan
sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo. Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC, 2001.
Chung, Edward K. Cardiovascular Diseases. USA. 1987.
Doengoes, Marilynn E. Alih bahasa, I Made Kariasa. Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC, 1999.
Lewis. Medical Surgical Nursing : Assessment & Management of
Clinical Problem. Missouri : Mosby Inc, 2000.
R. Sjamsuhidayat. Win de Jong. Ilmu Bedah. Jakarta : FKUI,
1997.
Thompson. Mc. Farland Hirsh Tucker. Clinical Nursing. USA,
2002.
Share this on your favourite network
0 komentar:
Posting Komentar