Home » » Pengertian PMS (pra menstruasi sindrom dan penyebabnya)

Pengertian PMS (pra menstruasi sindrom dan penyebabnya)

1. PRA MENSTRUASI SINDROM
A. DEFINISI
Premenstrual syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala siklik yang biasa terjadi pada wanita dalam usia reproduksi, dengan karakteristik gejala emosional dan fisik yang secara konsisten terjadi dalam fase luteal dari siklus menstruasi. Gangguan kesehatan berupa pusing, depresi, perasaan sensitif berlebihan sekitar 2 minggu sebelum haid biasanya dianggap hal yang biasa bagi wanita usia produktif. PMS memang kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi dan haid. Sindrom ini akan hilang saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah haid selesai.
B.  ETIOLOGI
Walaupun penyebab pasti PMS belum diketahui, namun sejumlah penelitian menyebutkan bahwa ketidakseimbangan neurohormon dan neurotransmiter berhubungan erat dengan PMS. PMS menyebabkan gangguan fisik dan psikis. Gangguan fisik terjadi akibat ketidakseimbangan hormon. Pada sebagian wanita dengan PMS, terjadi peningkatan hormon Estrogen berlebihan pada fase luteal.
Ketidakseimbangan hormon menyebabkan tubuh kekurangan vitamin dan terjadi gangguan penyerapan zat gizi. Hal ini pada gilirannya menyebabkan gangguan metabolisme ( terutama lemak dan karbohidrat ). Gangguan metabolisme lemak menyebabkan pembentukan asam lemak tak jenuh ganda omega 6 terganggu dan tubuh kekurangan kadar lemak esensial. Gangguan pada metabolisme karbohidrat menyebabkan pembentukan kadar gula dalam darah rendah. Gangguan pada metabolisme kemudian menyebabkan timbulnya berbagai keluhan, dan hal inilah yang disebut PMS.
Salah satu kemungkinan lain penyebab PMS adalah adanya perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel. Kemungkinan lain, hal itu berhubungan dengan gangguan psikis, perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita.
Sindrom ini biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid. Walaupun demikian, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya PMS. Beberapa faktor yang merupakan predisposisi terjadinya PMS antara lain :
a. Wanita yang pernah melahirkan
PMS makin berat setelah melahirkan beberapa anak, terlebih bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti Preeklamsi.
b. Status perkawinan
Wanita yang telah menikah lebih sering mengalami PMS dibandingkan yang belum.
c. Usia
PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama pada usia 35-40 tahun.
d. Stress
Stress memperberat gangguan PMS
e. Diet
Kebiasaan makan seperti gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk olahan memperberat gejala PMS.
f. Defisiensi zat gizi
Kekurangan zat gizi seperti Vitamin B (terutama B6), Vitamin E, Vitamin C, magnesium, zat besi, seng, asam lemak linoleat memperberat gejala PMS.

g. Kegiatan fisik
Kurang berolahraga dan kegiatan fisik menyebabkan semakin beratnya PMS.
h. Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok memperberat gejala PMS.
C.  TIPE PMS
PMS dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :
a. Tipe A ( Anxiety )
Ditandai dengan gejala rasa cemas, sensitif, syaraf tegang, perasaan labil. Gejala ini disebabkan karena ketidakseimbangan hormon E dan P. Hormon Estrogen yang berlebihan menyebabkan peningkatan kadar seroronin di otak yang menimbulkan perubahan ”mood”.
b. Tipe H ( Hyperhydration )
Ditandai dengan gejala edema, perut kembung, nyeri payudara, peningkatan berat badan sebelum haid. Salah satu sifat hormon Estrogen adalah membawa air. Akibat tingginya asupan garam, air menjadi tertahan pada jaringan di luar sel, dan terjadi retensi (penumpukan) cairan. Retensi cairan juga menyebabkan sakit kepala dan pinggang pegal.
c. Tipe C ( Craving )
Ditandai dengan gejala rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis (coklat) dan karbohidrat sederhana (gula). Pada umumnya setelah 20 menit menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing, bahkan sampai pingsan. Gejala ini timbul karena pengeluaran hormon insulin berlebih. Gejala ingin makan diakibatkan oleh diet tinggi garam, stress, defisiensi magnesium atau asam lemak esensial (omega 6)
d. Tipe D ( Depression )
Ditandai dengan gejala depresi, menangis tanpa sebab, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, bahkan kadang muncul rasa ingin bunuh diri. Biasanya tipe D ini muncul bersamaan dengan tipe A. Hanya 3% penderita PMS murni tipe D. Kombinasi PMS A dan D didukung oleh faktor stres, kekurangan asam amino tirosin, penyerapan timbal, kekurangan magnesium atau Vitamin B (khususnya B6).
D.  PENATALAKSANAAN
a. Memberikan pengertian kepada klien definisi PMS dan menganjurkan untuk mencatat siklus haid.
b. Pengaturan diet
·         memilih karbohidrat kompleks,
·         diet rendah garam dan lemak, tinggi protein, tinggi serat, konsumsi vitamin B, Vitamin C, magnesium, kalsium
·         menghindari kafein, merokok dan alkohol
c. Olahraga teratur, pengurangan stress, mencoba rileks
d. Terapi obat : Antidepresan, diuretik, NSAID, prostaglandin inhibitors, pil kontrasepsi, GnRH analog.
2. DISMENORHEA
A.    DEFINISI
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi. Disebut dismenore primer jika tidak ditemukan penyebab yang mendasarinya dan dismenore sekunder jika penyebabnya adalah kelainan kandungan.
B. JENIS DISMENORHEA
a.      Dismenorhe Primer
Adalah menstruasi yang sangat nyeri tanpa patologi pelvis yang dapat di identifikasi,  ini dapat terjadi waktu menarche atau segera setelahnya. Dismenorhea ini diduga disebabka oleh pembentukan prostaglandin yang berlebihan.
b.      Dismenirhea Sekunder
Dismenorhea ini berhubungan dengan kelainan atau penyakit yang jelas, kelainan anatomis ini kemungkinan adalah HAID yang disertai infeksi, Endometriosis, mioma uteri atau polip dan stenosis polip


B.     ETIOLOGI
Dismenore sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore. Penyebab dari dismenore sekunder adalah: endometriosis, fibroid, adenomiosis, peradangan tuba falopii, perlengketan abnormal antara organ di dalam perut, dan pemakaian IUD.

C.    FAKTOR RESIKO
Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama. Sedangkan dismenore sekunder seringkali mulai timbul pada usia 20 tahun. Faktor lainnya yang bisa memperburuk dismenore adalah:
-rahim yang menghadap ke belakang (retroversi)
-kurang berolah raga
-stres psikis atau stres sosial.

D.     DERAJAT NYERI DISMENORHEA
-          Derajat  0
Tanpa rasa nyeri dan aktivitas sama sekali tidak terganggu
-          Derajat 1
Nyeri ringan dan membutuhkan obat penghilang nyeri
-          Derajat 2
Nyeri sedang dan segera hilang setelah mengkonsumsi obat di  nyeri, aktifitas sehari-hari terganggu
-          Derajat 3
Nyeri hebat dan tidak berkurang setelah mengkonsumsi obat penghilang nyeri dan harus dengan kolaborasi dengan dokter

E.     TANDA DAN GEJALA
Nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada.
Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi muntah.
F.     PENATALAKSANAAN
Pertambahan umur dan kehamilan akan menyebabkan menghilangnya dismenore primer. Hal ini diduga terjadi karena adanya kemunduran saraf rahim akibat penuaan dan hilangnya sebagian saraf pada akhir kehamilan.
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid (misalnya ibuprofen, naproksen dan asam mefenamat). Obat ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi.
Selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan:
– istirahat yang cukup
– olah raga yang teratur (terutama berjalan)
– pemijatan
– yoga
– orgasme pada aktivitas seksual
– kompres hangat di daerah perut.
Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi.
Gejala juga bisa dikurangi dengan istirahat yang cukup serta olah raga secara teratur. Jika nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, maka diberikan pil KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron atau diberikan medroksiprogesteron.
Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan untuk mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan prostaglandin, yang selanjutnya akan mengurangi beratnya dismenore. Jika obat ini juga tidak efektif, maka dilakukan pemeriksaan tambahan (misalnya laparoskopi).
Jika dismenore sangat berat bisa dilakukan ablasio endometrium, yaitu suatu prosedur dimana lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan alat pemanas.Pengobatan untuk dismenore sekunder tergantung kepada penyebabnya.




































Share this on your favourite network

0 komentar:

Posting Komentar

null
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS